Ingin Tulisanmu Punya Ciri Khas? Ini Caranya
Minggu, April 24, 2016
pict: keajaibanmenulis.com
Entahlah, pada akhirnya tulisan ini punya rasa seperti apa.
Saya suka sekali tergoda untuk mencoba sesuatu yang baru saja saya
temukan. Termasuk dalam tulis-menulis. Begitulah saya sekitaran dua tahun lalu.
Kalau misalnya ketemu atau baca tulisan dengan gaya ringan, nyantai, lucu dan
gaul be-ge-te, maka saya juga kepingin menulis dengan gaya seperti itu. Lalu di
lain waktu, saya baca tulisan yang nyastra, serupa puisi yang betul-betul asyik
dinikmati, maka saya pun tergoda untuk mencobanya.
Sampai akhirnya, di tahun-tahun berikutnya, saya malu sendiri
karena tulisan-tulisan itu benar-benar terasa dipaksakan. Suami saya yang
khawatir melihat saya tidak menulis-menulis karena bingung memberi saran;
“Menulis saja. Tidak perlu terbebani. Kamu tidak akan pernah bisa menjadi
begitu banyak orang dalam tulisan-tulisanmu. Jadilah dirimu!”
Saran itu akhirnya membuat saya insyaf, setelah lelah berkeliling-keliling
dan berputar-putar mencari identitas tulisan. Mencari ciri khas yang
untung-untung bisa membuat terkenal. Haha. Mimpi. Bukannya terkenal, malah jadi
mandek menulis. Terbebani banyak “kalau-kalau”. Kalau tulisan saya jelek bagaimana? Kalau saya dibilang mirip penulis A
atau B atau C, bagaimana? Kalau ternyata tulisan saya tidak ada yang baca
bagaimana? Huah, sungguh melelahkan. Pikiran semacam itu perlu
diwanti-wanti dengan kode pengaman paling keras supaya tidak masuk ke kepala.
Dan, beginilah jadinya tulisan saya. Saya menulis suka-suka. Yang
terpenting jelas dan pesan sampai ke pembaca (harapannya).
Saya akhirnya merumuskan tips-tips yang saya pikir akan membuat saya
bertambah giat menulis. Saya membaginya di sini. Tak apa, kan? Siapa tahu saja
ada yang terinspirasi. Hihi. Atau, siapa tahu saja ada yang mau menambahkan
tips lain yang mungkin bisa saya timbang-timbang dan lakukan.
Satu, percaya diri. Jangan membandingkan diri dengan penulis lain
pada saat microsoft word-mu sudah terbuka. Berdasar
pengalaman, kalau saya, ketika melakukan hal semacam itu, saya kerap tidak bisa
menuangkan apa yang sudah ada di kepala. Berasa minder dan akhirnya jadi takut
menulis.
Menulis saja. Percaya saja bahwa kamu bisa menyelesaikan tulisan
itu dengan baik. Masalah penilaian pembaca nantinya, mereka suka atau tidak, ya
itu nanti. Toh, itu juga bukan urusanmu, bukan tugasmu mengurusi selera mereka.
Tugasmu menulis. Lalu selanjutnya,
serahkan ke pembaca.
Dua,
stop bingung. Ingin punya ciri khas boleh-boleh saja, malah sebaiknya begitu.
Tapi jangan kayak saya yang akhirnya
bingung mau ciri khas seperti apa dan malah mandek nulis. Hehe.
Jangan bingung. Latihan saja terus. Membaca dan menulis mesti
berubah menjadi kebutuhan pokok. Nanti kamu akan kaget sendiri karena proses
belajar itu ternyata membentuk ciri khas dalam tulisanmu.
Tiga, Out of the box. Pikirkan sesuatu yang
beda dari orang lain tapi dekat denganmu. Percayalah bahwa dirimu diciptakan
dengan segala keunikan. Temukan itu dan tumpahkan dalam tulisanmu. Yang ada
pada dirimu tidak sama dengan yang ada pada orang lain. Ini akan menjadikan
tulisanmu unik.
Empat, Allah. Jangan putus mengingat dan meminta padaNya. Meski pun
kamu sudah jungkir balik dan menghasilkan jutaan tetes keringat untuk
menghasilkan tulisan, hati pembacamu tetap Allah yang pegang. Tetap Allah yang
menentukan, yang menuntun mereka menjadi suka tulisanmu atau tidak.
Itu saja. Ada banyak tips. Tapi, tips terbaik adalah yang muncul
dari perenungan tentang diri kita sendiri.
***
13 komentar
Yang penting menulis. Saya percaya, setiap tulisan selalu menemukan (jodo) pembacanya masing-masing. :)
BalasHapusYup, betul Imam. Menulis saja dan tidak perlu pusing dengan seberapa banyak yang akan baca tulisan itu. hihi.
HapusSy juga kayanya ga pny ciri khas. Semua terasa standard. Tp sy setuju kata suami mba yg blg menulis saja jgn terbebani. Sy jd merasa lbh free
BalasHapusIya, Mbak. Lebih nyaman dan nggak stres kalau nulisnya bebas. :)
Hapusbetul mbak, kalau aku bikin fiksi, aku pakai cara aku. Dengan kalimat pendek yang to tghe point tanpa bahasa bersayap...
BalasHapusPakai cara sendiri memang lebih nyaman, Mbak. Terima kasih sudah mampir. :)
HapusBetul mb. Menulislah krn senang, kalau saya coba nyemangati diri bgtu
BalasHapusMenulis dengan hati bahagia. Well ... terimakasih ya Mbak sudah berkunjung. Mari datang kembali. :)
Hapusyang penting rajin menulis saja~ :)
BalasHapusIya, mas Agung. Sepakat. :D
HapusSetuju mbaa, caraku klo nulis juga bebasin pikiran dulu, ngetik ngalor ngidul suka2, habis itu baca ulang,dg sendirinya lama2 ketemu alurnya
BalasHapusKalau aku bikin outline, Mbak, karena susah fokus. Hihi. Terus menulis dengan perasaan "bebas" dan "suka-suka". :)
HapusSama, saya juga sering terbawa suasana ikut ikutan...
BalasHapus