Siti Iri Sama Mereka

Minggu, April 17, 2016


Sewaktu tinggal di rumah nenek beberapa waktu lalu, saya merasa diperhatikan seorang anak kecil. Anak tetangga, namanya Siti. Anak itu rasa-rasanya tak lepas matanya pada saya tiap kali saya shalat. Dia memerhatikan dengan tatapan yang ... entahlah, saya sulit menjelaskan.
“Siti kenapa?” tanya saya akhirnya.
Mungkin Siti ingin menyampaikan sesuatu tapi takut-takut.
Siti menunduk sebentar lantas mengangkat wajahnya pelan-pelan. Dia tersenyum. Menggeleng, “tidak, Mbak. Tidak apa-apa.”
Siti berlari keluar rumah sebelum sempat saya cegah.
Saya penasaran dan berusaha mengira-ngira. Mungkin Siti cuma mau belajar shalat.Tapi ... dia kan mengaji di surau dan di sana, setahu saya, diajarkan bagaimana gerakan dan bacaan shalat. Atau ... ada sesuatu pada diri saya yang menurutnya aneh? Ah ... entahlah.
Besoknya, sore-sore ba’da Ashar, saya duduk-duduk di teras rumah. Membaca buku dan menikmati daun-daun yang menguning di pekarangan. Sebentar lagi gugur dan bertunas baru.
Dari jauh Siti melangkahkan kakinya lebar-lebar. Senyumnya dia kembangkan total. Matanya masih berbinar dan menyimpan “sesuatu” seperti kemarin.
“Darimana?” tanya saya ketika dia sampai.
Dia tersenyum dulu sebelum menjawab, “dari rumah Dina, Mbak.”
Saya maklum. Sore-sore begini memang jam main anak-anak itu. Dina teman sekelas Siti. Sama-sama kelas enam.
Saya kembali menekuni huruf-huruf dalam buku karena Siti terlihat asyik dengan mainan di tangannya.
Tiba-tiba,
“Mbak, shalat itu wajib, ya?”
Saya kaget mendengar pertanyaan itu. Saya pandangi Siti baik-baik. Anak itu tersipu-sipu.
Saya menghela napas, berdeham pelan.
“Iya, wajib. Memang Siti tidak shalat?” jawab saya diselipi canda.
“Shalat.”
“Lalu?”
“Kalau tidak shalat, hukumannya apa?” Siti bertanya lagi. Melangkahi pertanyaan yang saya berikan.
Saya tercenung sebentar. Memikirkan kata tertepat untuk anak usia kelas enam.
“Masuk neraka ya, Mbak?” rupanya Siti tidak sabar menunggu jawaban keluar dari mulut saya.
Saya tersenyum. “Tidak, kalau cepat-cepat bertaubat. Harus rajin shalat kembali,”
Semoga jawaban itu pas. Tapi sayangnya, Siti malah menunduk. Matanya berkaca-kaca. Saya jadi tidak mengerti. Aduh ... mungkin ada yang salah pada jawaban saya.
“Saya iri pada Dina, Tari, Mimin dan anak-anak lain, Mbak,” suara Siti menjadi serak. Saya tahu bahwa dia berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah.
“Iri?” saya mengernyit. Benar-benar bertambah bingung. Dan, mulai merasakan kesedihan yang entah karena apa.
“Tiap ke surau, mereka selalu ditemani bapak mereka,” Siti menahan suaranya, menghela napas tapi air di matanya tumpah juga, “Bapak dan Mamak saya tidak shalat. Padahal, saya ... ingiiin sekali shalat bersama mereka.”
Hening. Siti diam. Saya memalingkan muka. Tak bisa menahan tangis yang meski pelan, tetap kentara.
Beberapa jeda.
“Doakan saja Bapak dan Mamak. Allah mendengar doa anak shalihah.” Kata saya akhirnya.
Siti tersenyum samar.
Saya juga.
pict: google.com

Ah, betapa orang tua sangat dibutuhkan teladannya oleh anak. 
***

You Might Also Like

10 komentar

  1. ah, baca ini sedih jadinya :(.. awalnya aku pikir siti kgn diajak solat ama ortunya krn ortunya udh meninggal... tapi krn mereka ga solat toh.. Tapi beruntung ya mbak, di tengah ortunya yg ga solat, siti masih ttp mau melaksanakan solat :).. salut.. jd inget anakku aja sih.. ga pengen dia juga ngerasa gitu, krn aku hrs akuin, solatku sendiri masih blm sempurna :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, Siti masih ikut dengan lingkungan teman-temannya, Mbak. Alhamdulillah juga sekarang bapaknya sudah shalat dan dia sudah pindah sekolah ke pesantren.

      Ya ... semoga kita menjadi orang tua yang bisa memberi teladan baik ke anak-anak. Aamiin.

      Hapus
  2. Siti, smoga selalu menjadi anak solehah amin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Terima kasih Mas sudah mampir. :)

      Hapus
  3. setuju banget mbak..teladan orang tua itu penting

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Semoga kita bisa jadi orang tua yang memberi teladan baik ke anak-anak. Aamiin.

      Hapus
  4. wah terharu bacanya. seharusnya orang tua yang mengajak anaknya shlat berjamaah, bukan anaknya yang ngajak. artikel di atas itu bisa menjadi renungan untuk para orang tua muslim. dan teladan dari orang tua itu sangatlah penting untuk anaknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Teladan orang tua memang sangat penting. Terima kasih sudah mampir. :) :)

      Hapus
  5. jangan samapi..nyuruh anak sholat,..tapi orang tua malah gak pernah sholat...,anak sekarang pinter mikir..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Semoga ya kita adalah orang tua yang bisa memberi teladan baik ke anak-anak. Aamiin. :)

      Hapus

IIDN-ers

IIDN-ers

Komunitas Blogger

Komunitas Blogger

Kumpulan Emak Blogger

Kumpulan Emak Blogger