Kelak, Sebelum Saya Menjadi Titik

Kamis, Maret 31, 2016



Untuk Abi. Yang ridha-nya adalah surga.

Ada waktu yang seringkali ingin kita jauhkan dari kalender. Ada kata yang rasa-rasanya enggan kita kutip dalam ingatan. Ada hal-hal yang memang akan datang tanpa menunggu persetujuan.

Sepasang kaki saya terasa melesak jauh ke dalam tanah. Tertanam di situ dan membuat saya, tentu saja, tidak bisa kemana-mana. Orang-orang berlari di antara tanah retak dan langit yang mulai membelah, merekah, mengeluarkan percik-percik api yang bukan main banyaknya. Bangunan runtuh, pohon-pohon tercabut sampai akar-akarnya dan, teriakan-teriakan panik makin keras, deras dan bergemuruh dimana-mana. Air mata saya jatuh. Satu-satu.

Saya kaku dan tak bisa berbuat apa-apa. Dosa-dosa seperti menahan saya untuk berdiam. Meski di sana, di seberang jalan, Bapak, Ibu dan adik-adik dengan cemasnya memanggil-manggil nama saya. Ah, saya pasrah dan misalnya saya akan pergi secepat ini, sebisa mungkin saya melapangkan hati dan ingin. Saya akan pulang padaNya dan barangkali memang sekaranglah waktunya.

Tiang listrik rubuh tepat di belakang saya. Semua menjadi gelap, pekat dan ... sepi.


Bi, itu mimpi yang dulu pernah Ummi ceritakan. Yang membuat wajah Ummi basah dan minta dipeluk erat-erat di tengah malam yang Ummi sudah lupa tanggal tepatnya. Mimpi yang membikin Ummi lebih melankolis dan dibayang-bayangi kematian. Mimpi itu akhirnya menguat lagi setelah salah seorang teman blogger mengadakan giveaway. Temanya unik. Dan, agak seram. Bagaimana kalau misalnya hidup kita di dunia ini tinggal delapan hari? Ah ... kematian yang pasti yang bisa jadi tanpa aba-aba, permisi atau tanda-tanda. Dalam siap atau tidak.

Bi, anggaplah ini memang surat terakhir dari Ummi. Anggaplah ini pesan-pesan yang Ummi tinggalkan untuk Abi sebelum Ummi benar-benar pergi. Anggaplah Ummi akan pulang, selamanya, delapan hari lagi.

Ketika hari itu makin dekat, Ummi akan memberi tahu Abi saat kita beranjak tidur dan, Abi mesti janji agar hari-hari esok tak ada pembahasan tentang itu. Semua akan berjalan biasa kecuali momen-momen romantis yang akan kita tambah.

Kita akan mendirikan shalat malam bersama lalu menghabiskan waktu dengan bermunajat pada-Nya hingga subuh. Seperti kebiasaan kita, yang sekarang-sekarang ini sudah jarang karena beberapa hal, Abi akan merengkuh Ummi dalam pelukan, kita berbincang sebentar, lalu menghabiskan pagi dengan jalan-jalan di sekitaran rumah dengan si kecil kesayangan, Gena.

Hari-hari terakhir itu bisa jadi akan terasa berat, Bi. Temanilah Ummi. Sama seperti dulu, di detik-detik kelahiran Gena. Pelukan, genggaman, dan motivasi dari Abi adalah kekuatan bagi Ummi.
Jangan lelah, ya. Ummi juga akan minta Abi untuk mengantar Ummi silaturrahim ke keluarga. Meminta maaf. Tapi, kita tidak akan membocorkan bahwa itu kunjungan terakhir. Kunjungan sebelum Ummi pergi dan tak pulang.

Kita adalah rangkaian kalimat-kalimat. Dan, pada akhirnya, kalimat itu akan selesai dan tak berlanjut lagi. Pada akhirnya, kita adalah titik penghabisan.

Abi dan Gena mau makan apa? Tujuh hari itu, Ummi janji akan masak apa saja yang kalian mau. Bakso. Coto. Mi goreng. Ayam goreng krispi. Tempe mendoan. Pokoknya apa pun.

Bi, tak apa, kan, kalau Ummi menagih janji? Janji kalau Abi akan mengajak Ummi jalan-jalan dan hiking. Ah, sayang, waktunya sepertinya tidak memungkinkan lagi. Cukuplah ajak Ummi jalan-jalan ke tempat-tempat indah yang bisa kita jangkau. Mungkin ke tanjung Palette, pelabuhan Bajoe atau goa Mampu. Atau ada saran tempat lain, Bi?

Hari keenam dan tujuh, beberapa jam akan Ummi habiskan untuk menulis surat. Gena masih terlalu kecil untuk bisa mengerti apa yang terjadi. Dan, mungkin, masih belum bisa benar-benar merekam bagaimana Ummi dalam ingatannya. Ini seperti yang di film India itu ya, Bi? Ah, tak apalah, toh Ummi pikir ini bukan cara yang buruk untuk  mengenalkan kenangan-kenangan kita pada si kecil kesayangan kita itu. Dalam surat itu, juga akan Ummi simpan diary Gena yang selama ini Ummi tulis.

Jangan menangis, Bi. Jangan. Kita memang akan pulang, bukan? Hanya masalah waktu. Di sini, di dunia ini, kita hanya singgah sebentar untuk mencukupkan bekal. Doakan Ummi. Doa dan ridha suami adalah segala bagi istri.

Hari ketujuh itu juga, setelah menulis surat-surat, Ummi ingin kembali menenangkan hati. Melapangkan semuanya. Menyendiri. Abi pergilah membeli perlengkapan semisal kain kafan, sabun mandi, parfum dan lainnya. Dan, Ummi minta, Abi tak perlu banyak bicara, pergi saja. Dan, jangan terlalu sedih.  

Bi, dalam “DIK”, buku yang Abi tulis sebagai mahar pernikahan kita, Abi bilang, selama Ummi ada, tak kan ada yang lain. Tak ada sedikit pun niat berpoligami. Terima kasih, Bi. Terima kasih untuk semua cinta dan kebaikan. Tapi nanti, ketika Ummi benar-benar pergi, pilihlah seorang pengganti. Yang sholihah, yang menyayangi Abi dan anak kita, yang bisa menguatkan langkah-langkah Abi. Dan, tentu saja, yang bisa mendekatkan Abi padaNya. Lalu, tetaplah mendoakan Ummi. Ummi cinta kalian.

Sampaikan pada si kecil kesayangan kita, Gena, bahwa dia adalah permata Ummi, penguat Ummi menjalani hari-hari, dan kebahagiaan terbesar Ummi. Jangan lupa juga untuk selalu menceritakan harapan-harapan kita yang tersemat dalam namanya, Bi.



Hari ke delapan. Ummi akan bangun lebih awal. Menyiapkan sarapan dan semua kebutuhan Abi dan Gena. Janji ya, Bi, untuk tetap bersikap biasa saja. Seperti kemarin-kemarin. Hari ini Ummi ingin habiskan di rumah dengan shalat dan berdoa panjang-panjang. Dengan berserah sampai waktu itu tiba. Temani Ummi, Bi. Rengkuh Ummi dalam pelukan. Kalau Allah izinkan, Ummi mau pergi dalam keadaan seperti itu. Dalam pelukan Abi dan Gena.

Bi ... waktu itu semakin dekat. Dekat ... dan akhirnya tiba juga. Ikhlaskan Ummi, Bi. Ini hanya masalah waktu. Doa Ummi, semoga nanti kita dipertemukan di surgaNya. Aamiin.

Sebelum Ummi menjadi titik, berakhir dan pergi, ummi mau minta maaf. Maaf kalau selama ini belum bisa menjadi istri yang baik. Dan, dalam serba kekurangan Ummi, semoga Abi tetap meridhoi. Sampaikan juga salam maaf dan cinta Ummi untuk kedua ibu kita, juga adik-adik. Kalian adalah segala.

Berbahagialah ... Abi ... Gena.

_Ummi._







You Might Also Like

12 komentar

  1. meleleh, pemakaian kata-katanya bikin mewek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ya, Mbak, sudah berkunjung. :)

      Hapus
  2. Semoga di akhir hayat kita nanti, kita dikembalikan dalam keadaan khusnul khotimah :" Amiiin ya Rabb,, dan selagi kita memiliki kesempatan menghirup udara di bumi, semoga kita banyak menebar manfaat kabaikan untuk saudara kita lainnya.. Amiiin :"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga bisa menjad lebih baik dari hari ke hari ya, Mbak. :)

      Hapus
  3. ini utk GA ya mbak? ga kebayang ya kalo sampe kita tau umur tinggal 8 hari, ato sebulan ato berapalah -__-.. bagi yg mentalnya kuat mungkin dia bnr2 bisa prepare.. tp yg mentalnya lemah, aku rasa malah hanya akan mempercepat waktunya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak, untuk GA. Sayang telat ngirimnya. Jadi, ya posting begini aja. Semoga kita termasuk yang bermental kuat, ya, Mbak. Aamiin. :)

      Hapus
  4. Kak Diaaaaaaan, mewekka di kantor pagi-pagi baca tulisanta. T.T
    Bukan Kak Dian namanya kalau nulis ndak "nampar-nampar". Terima kasih sudah menulis ini, Kak. :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Kio, sudah singgah. Ini untuk GA, tapi saya pikir, kenapa tidak dibuat serius, semacam waisat begitulah. Hihi. Akhirnya terlambat dikirim karena jaringan lemot. :)

      Hapus
  5. sangat mengharukan ulasan kakak, sampai berkaca-kaca ini bacanya. terima kasih kak... di tunggu karya-karyanya lagi... fair...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ya sudah mampir. Silakan berkunjung saja, Dek. Mulai sekarang saya usahakan sering-sering update. :)

      Hapus
  6. Melelah bacanya kak. Kata2nya dan penjiwaannya sempurna. Sy pngunjung setia blog kak dikpa dan tak ada satu pun postingan yang akan terlewatkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah saya terharu. Ternyata ada yang sering mampir. Terima kasih, ya. Saya baru belajar. Maaf kalau belum bisa menyuguhkan sesuatu yang istimewa. :) :)

      Salam kenal.

      Hapus

IIDN-ers

IIDN-ers

Komunitas Blogger

Komunitas Blogger

Kumpulan Emak Blogger

Kumpulan Emak Blogger