Surat Cinta
Senin, Januari 11, 2016
Untuk Abi-nya Gena;
Assalamu’alaikum.
Ehm ... terima kasih, ya. Setahun bersama. Setahun melewati
keseruan dan ketakterdugaan. Sebenarnya suratnya mau dibikin romantis, tapi
setelah saya pikir-pikir, yang romantis-romantis biar kita simpan saja. Lalu
kita banyak-banyak berdoa untuk keromantisan-keromantisan selanjutnya.
Terima kasih sudah mencuci kepala saya yang hampir kotor.
Yang hampir ikut-ikutan sama yang tak jelas. Kamu kan tahu rasa penasaran saya
akan sesuatu amat besar dan waktu itu—pas kita belum nikah, belum ada yang
ingatkan.
Terima kasih karena sudah bilang, “kita tidak bisa begini
terus. Harus hijrah. Harus berubah.” Di antara kealpaan dan sifat saya yang
pelupa, saya selalu mengingat kalimat itu. Dan diam-diam kalau sedang tidak
“moody”, saya mengenangnya lagi. Lalu perasaan saya berubah baik. Itu kamu
ucapkan waktu kita masih sering-sering menikmati hujan bersama alias kehujanan
di jalan karena memang lagi musimnya di Makassar. Hihi. Waktu awal-awal kita
saling mengenal pribadi dengan diskusi-diskusi yang kadang berujung debat.
Banyak yang mau saya tulis. Tapi ... saya takut nanti jadinya
romantis. Nanti jadinya lucu atau lebay. Wkwkwk.
Maaf atas sifat egois, kurang perhatian, melankoli akut atau
sifat-sifat lain saya yang mungkin keseringan kambuh.
Terima kasih karena terus belajar untuk perbaikan diri.
Terima kasih sudah ajak saya. Sudah jadi imam yang baik yang selalu menjaga.
Apalagi di’?
Itu saja.
Bukan cuma tulisan, tapi pembuktian. Saya sedang belajar.
Kamu juga. Kita belajar dan terus belajar. Insya Allah.
***
0 komentar