Perempuan dan Sebuah Nama #Nak_2
Rabu, Januari 06, 2016
Abi: Capek?
Ummi: Tidak.
Abi: Anak hebat (Sambil mengelusmu yang
masih di perut Ummi).
Ummi: Anak kita akan tumbuh kuat dan sholeh,
insya Allah. Masa-masa yang akan datang jauh lebih berat dari sekarang-sekarang
ini. Tugas kita menyiapkan dan mengarahkan.
Itu percakapan Abi dan Ummi sewaktu singgah istirahat di kota
Belopa. Kami sedang dalam perjalanan ke rumah nenekmu di Bone. Saat itu usiamu
masih lima bulan dalam kandungan. Ah, bukankah ini hal biasa bagi kita, Nak?
Perjalanan seperti ini sudah kita lakukan sejak usiamu sebulan. Bersepeda motor
dalam bermacam-macam cuaca dan tempat singgah.
Seperti yang ada dalam percakapan itu, Ummi dan Abi memang selalu
berdoa agar diberi kelayakan dan kemampuan untuk menjadi orang tua yang baik.
Yang bisa mengarahkan dan menyiapkan anak-anaknya menjadi pribadi yang tangguh
dan berilmu, kelak.
Kamu pasti sudah mengerti, Nak, kalau tantangan masa-masa yang
akan datang jauh lebih rumit.
Hmm ... dari situlah Ummi dan Abi menyusun nama. Sudah lama
sekali. Sejak usiamu masih tiga bulanan. Kami semangat sekali mencari-cari nama
dengan arti yang baik. Memadukan nama satu dengan nama yang lain. Dan berdasar
kesepakatan, variasinya adalah nama bugis + nama arab.
Karena Abi dan Ummi belum tahu kamu yang ada dalam kandungan
ketika itu laki-laki atau perempuan, maka kami menyiapkan dua nama. Kalau
laki-laki, kami akan namai dengan nama ulama Turki yang Ummi kagumi. Yang hidup
di masa-masa runtuhnya Turki Utsmani. Yang cerdas dan hingga akhir hayatnya
memperjuangkan pendidikan dengan nilai-nilai Islam di negara itu. Yang kisahnya
Ummi baca dalam novel karya Habiburrahman El-Shirazy. Lalu, nama itu akan
dipadukan dengan nama ulama yang dikagumi Abi. Ulama Indonesia. Ketua MUI
pertama—yang benar-benar bekerja untuk rakyat dan tidak mau digaji. Terakhir,
dua nama itu ditambahi lagi dengan nama bugis yang artinya “penghulu ilmu”.
Haha ... panjang sekali, ya?
Kalau perempuan, intinya, Ummi dan Abi akan memberi nama dengan
arti di seputaran; perempuan tangguh dan cerdas dan lapang hatinya. Nama itu
adalah himpunan doa-doa kami.
Mulanya Abi dan Ummi mengambil nama bugis yang artinya pelangi.
Lalu ditambahi nama arab yang artinya berani dan memberi manfaat. Hasil
kolaborasi itu adalah Bitara Najdah
Tafidah. Cukup lama nama itu bertahan sebagai pilihan. Namun menjelang
lahiran, entah kenapa terbersit nama lain. Dalam benak Ummi, terbayang sosok
Maryam ibunda Isa as. yang sholehah dan tangguh. Dalam benak Abi, muncul “lapang”
versi bugis.
Tak jauh artinya dengan nama pertama. Arti yang Ummi dan Abi
rumuskan berdasarkan harapan dan doa-doa. Anak perempuan yang berani berjuang.
Anak perempuan yang sholehah dan tangguh. Anak perempuan yang lapang ilmunya
dan lapang hatinya untuk menebar manfaat.
Najdah Maryamasagena
Abi dan Ummi akhirnya memilih nama itu dengan alasan lebih unik.
Dan, nama itu benar-benar terpakai karena kamu yang dalam kandungan ketika itu,
terlahir sebagai perempuan. Perempuan bermata lebar yang cantik.
Tumbuh dan teruslah belajar, Nak. Seperti namamu. Seperti harapan
dan doa-doa Abi-Ummi. Kami mencintaimu.
***
Baca juga surat untuk Gena tentang kelahirannya di sini
8 komentar
Wah bayinya cantik dan lucu semoga doa dan harapan ortunya bisa tercapai ^_^ seneng lihatnya
BalasHapusAamiin. Terima kasih sudah mampir. :-)
HapusNama yang indah. Ummi dan Abi pinta pilih nama, Nak :)
BalasHapusAlhamdulillah, Kak. Terima kasih Kak sudah mampir.
Hapusnamanya cantik. semoga menjadi anak yang sholehah ya Nak...
BalasHapusAamiin. Syukron ya Mbak sudah mampir.
HapusNama adalah pencitraan awal yang ditempelkan lewat sebuah doa agar kelak nama itu akan mengiring pemiliknya untuk menjadi pribadi berdasarkan terjemahan yang dihadiahkan oleh orang tua :-)
BalasHapusNamanya sangat cantik ^_^ semoga menjadi anak sholehah yang selalu taat padaNya yaa dedek sayang
Aamiin. Terima kasih banyak atas doanya, Mbak. :)
Hapus