Makassar International Writing Festival
Rabu, Juni 13, 2012
Rabu
malam, 13 Juni 2012 aku bertemu langsung dengan Riri Riza. Bukan hal istimewa
memang, apalagi posisiku yang hanya penonton. Tapi ada bahagia yang tak dapat
kugambarkan. Bahagia yang menari di otakku, rasa puas akan sebuah penaklukan
keadaan. Sekali lagi, ini adalah hal biasa bagi kalian tapi bagiku ini adalah
kemenangan atas ketakutan. Makassar International Writing Festival,
mendengarnya saja aku sudah terbayang akan indahnya sebuah tulisan. Festival
ini dibuka untuk umum, gratis, dan ajang bertemunya penulis nasional dan
internasional. Kalian pasti sudah tahu bagaimana rasaku. Tak lagi dapat
kukatakan.
Beberapa
bulan terakhir aku memang dibuat gila oleh dunia menulis. Aku menjadi begitu
mencintainya. Aku sadar tulisanku masih jauh dari layak. Tapi bukankah ada
waktu untuk belajar? Aku akan belajar dan tak akan pernah menyerah. Dan malam ini aku semakin jatuh cinta untuk
menulis. Riri Riza, Ahmad Fuadi, Ahmad Tohari, Rampa Maega, Aan Mansyur dan
banyak penulis lain kusaksikan di hadapanku. Aku ingin menangis, tangisan yang
tak dapat kujelaskan. Tangisan suka dan haru. Mereka berada dengan sedikit jarak saja dariku.
Aku
sendiri. Aku sadar itu. Bukan…bukan sendiri seorang diri. Hanya berbeda dari
sahabat seperjuanganku. Maafkan aku jika terkadang sibuk dengan kegiatan ini
itu dan tak sempat bersama. Maafkan aku jika terkadang diam seribu bahasa
karena mengeja apa yang ada dalam fikirku. Menerjemahkan sesuatu untuk
merangkai sebuah cerita. Aku…hanya ingin mengobati rinduku. Rindu pada mimpi
kecilku. Aku tahu kalian tak akan protes karena kalian adalah sahabat
terbaikku.
Aku tahu sebenarnya aku yang kukenal adalah
gadis penuh tantangan. Aku tak suka yang datar-datar saja. Tapi semester awal
kuliah mengubah diriku, hidupku dan pribadiku. Aku beberapa semester lalu
bukanlah aku. Karena aku pada saat itu bukanlah aku, aku jenuh. Aku jenuh
dengan semua aktivitas kampusku yang datar-datar saja. Tak apalah, aku tahu itu
rangkaian jalan yang memang harus dilewati. Bayangkan saja jika waktu itu aku
sudah berambisi dengan inginku, mungkin kuliahku masih banyak yang nunggak.
Malam ini aku sendiri berdiri terpana menyaksikan pembukaan festival ini,
menyaksikan turis berbagai negara berbaur jadi satu, bertepuk kagum pada bang
Riri Riza dan Aan Mansyur yang berbicara di depan sana. Ahhh…kapan aku bisa
seperti itu? dan apakah bisa? Sepertinya tak perlu jawaban. Aku suka sekali
pada kalimat bang Andrea yang berbunyi:
aku ingin mendaki
puncak tantangan
menerjang batu granit kesulitan
menggoda mara bahaya
dan
memecahkan misteri dengan sains.
aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman
lalu terjun bebas
menyelami labirin lika liku hidup
yang ujungnya tak dapat disangka.
menerjang batu granit kesulitan
menggoda mara bahaya
dan
memecahkan misteri dengan sains.
aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman
lalu terjun bebas
menyelami labirin lika liku hidup
yang ujungnya tak dapat disangka.
Dan
ya…akan ku jawab dengan pasti, bahwa aku akan seperti itu….^_^
0 komentar