Review ‘Jika Cinta Dia”

Sabtu, Agustus 16, 2014



Penulis: Koko Ferdie
Penyunting: Fatimah Azzahrah
Penerbit: Eazy Book
Ukuran: 13 x 19 cm

Tebal: 180 halaman

ISBN: 978-602-7702-29-5
Harga: Rp35.000,-


Gea bahkan selalu menunggu senyum Andro ketika ngobrol di kantin bersama teman-temannya. Selalu berada di baris depan ketika ada acara pensi yang menampilkan Star Band—grup band milik Andro—di sekolah. Selalu menunggu momen di mana Andro berhasil memasukkan bola basket ke dalam ring. Selalu dan selalu begitu yang bisa dia lakukan. Dan semua menjadi sangat mustahil saat dia mulai melihat kaca. Melihat wajah dekilnya sendiri di sana, dengan kacamata tebal, serta behel yang memagari semua giginya.
Benarkah semua ini tidak ada gunanya?
                                                                ***

Banyak cowok yang terlahir di dunia ini dengan kemasan charming, tapi seberapa banyak cowok di dunia ini yang tidak menjadikan penampilan sebagai syarat utama cari pacar? Mungkin dari sekian banyak cowok di sekolah, cowok macam itu bisa dihitung dengan jemari satu tangan saja.
Anyway, nggak ada salahnya kan Gea berharap? Dia juga sama seperti manusia lain, yang berjuang dengan cara apa pun supaya bisa bahagia. Kalaupun pada akhirnya dia harus kecewa, dia yakin hati yang jujur akan menceritakan semuanya
….


Koko selamat …! Saat kamu ngabarin kalau naskahmu diterima, jujur, aku bahagia banget. Yang langsung melintas-lintas dalam kepalaku adalah “keren … Koko udah jadi penulis. Punya buku.” Terus ingatanku muter-muter deh di bagian gimana kamu berjuang di dunia ini. Kepenulisan, yang ternyata “keras” juga. Kamu, barangkali, mesti tahan banting sampai buku ini bisa mejeng di toko buku, ya? Ah, bukan barangkali. Kayaknya emang gitu.

To: Dikpa Sativa
Selamat membaca. Ditunggu novelmu juga di toko buku. Tetap menulis …!



Tiap kali dihadiahi buku lengkap dengan pesan-pesan dan tanda tangan di halaman pertama, aku selalu terharu. Termasuk pas nerima “Jika Cinta Dia”. Iya … aku tetep nulis kok tapi kurang tekun untuk menyelesaikan tulisan panjang (novel). Hoho. Doakan bisa menyusulmu. (^_^)

Eh … eh … aku lebih terharu pas baca ini;

Dikpa Sativa, darimu saya belajar tentang ketelitian dan terima kasih sudah mau jadi first reader tulisan-tulisan aneh saya selama ini.

Aku jadi ingat masa-masa dimana kita sering banget tuker-tukeran karya. Kamu, di mataku, keren. Kenapa? Setahuku, kamu nggak cuma tekun dan sungguh-sungguh tapi juga rendah hati dan ramah sama semua orang (info ini hasil dari bakat timeline stalker-ku). But wait … jangan besar kepala, ya …! Toh tugas kita di dunia ini emang untuk berbuat baik. Hehehe.

Kamu dulu kurang teliti. Banyak typo-nya, menurutku. Tapi sekarang, tulisanmu banyak perkembangan. Rapi dan isinya mulai dalam (ini kuamati di beberapa cerpenmu). Kamu tahu, selain buku ini, aku ngiri bisa lolos di majalah itu (majalah perempuan tempat tulisanmu pernah nongkrong). Hoho … iri yang baik boleh kan, ya? (^_^)
 
Tentang “Jika Cinta Dia” ….
Baca ini aku ingat film Thailand yang judulnya “A Little Thing Called Love”. Inti ceritanya mirip; seorang cewek jelek yang akhirnya (berusaha) berubah jadi cantik karena cowok cakep di sekolah yang disukainya. Bedanya, dalam “Jika Cinta Dia” dihadirkan sosok lain, Defan. Dan, pada akhirnya si cewek (Gea) jatuh cintanya bukan sama si cowok cakep (Andro), melainkan Defan yang sebenarnya telah mengajarinya banyak hal.

Hmm … keseluruhan, aku menikmati cerita dan dialog-dialognya. Remaja banget. Kalau aku bilang sih, buku ini bisa jadi lebih tebal dengan menceritakan beberapa tokoh di dalamnya. Misal, kisah asmara adiknya Gea, Gisel. Atau … kisah Andro, Devia dan Defan dibuatin bagian tersendiri. Supaya feel mereka bertiga lebih terasa. Ini cuma menurutku lho, ya … sebagai pembaca.

Lalu … taruhan antara Andro dan teman-temannya, mungkin akan lebih kerasa kalau Gea adalah sosok introvert yang memendam sedalam-dalamnya perasaan cintanya. Nggak ada yang tahu. Termasuk sahabatnya, apalagi Andro. Nah, dalam buku ini Gea selalu nulis surat untuk Andro. Terus … taruhan itu tantangannya adalah ngedapetin hati Gea. Mmm … menurutku, ini kurang logis. Mana mau teman-teman Andro taruhan kalau udah ketahuan Gea suka sama cowok itu. Atau … bagusnya ada bagian yang ngejelasin kalau satu-satunya orang yang tahu tentang surat-surat itu adalah Andro (Ah, jangan-jangan memang ada bagian ini tapi aku kurang teliti baca?).

Yang paling aku suka dalam novel ini adalah bagian lepas-melepaskannya. Hehe. Melepaskan yang kau cintai adalah pekerjaan berat. Novel ini ngajarin kita bagaimana cara berdamai dengan hati.

“Cinta itu menjadi salah bila hanya satu hati. Bukan dua hati yang menjadi satu.”
Halaman 161.

Koko, aku yakin, kamu bisa lebih baik di novel-novelmu berikutnya. Terus menulis. Kalau kamu berkenan, aku masih mau kok jadi first reader-mu. Hehe.

Kalau misalnya kamu punya stok semangat nulis yang banyak, jangan sungkan berbagi denganku, ya …. #eh. Aku doain semoga kamu terus produktif. Amin. (^_^)


Untuk kalian yang kebetulan baca review ini, novel “Jika Cinta Dia” bisa jadi tambahan koleksi bacaan remaja kalian. Buruan cari di toko buku. Udah beredar kok! (^_^) 



Salam semangat. Salam literasi.  

  
Makassar,16 Agustus 2014.


You Might Also Like

0 komentar

IIDN-ers

IIDN-ers

Komunitas Blogger

Komunitas Blogger

Kumpulan Emak Blogger

Kumpulan Emak Blogger